Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Bioetika dan Humaniora’ Category

 

Dalam mengasuh dan merawat ADHA selain dukungan medis dalam hal pemantauan aspek kesehatannya, dukungan moral dan kasih sayang pun sangatlah penting dan merupakan salah satu aspek yang utama.

Mendampingi dan Mendukung ADHA

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam mendampingi anak adalah:

  1. Menyatakan cinta kepada anak
  2. Mengenal kelebihan dan kekurangan anak
  3. Membangun rasa percaya diri anak
  4. Mendukung anak menjadi tangguh dalam menghadapi hidup
  5. Membangun kemampuan berpikir kritis
  6. Membantu anak menetapkan cita-cita

Bagaimana Cara Menyatakan Cinta bagi Anak?

  1. Gunakanlah bahasa cinta tiap kali akan berkomunikasi dengan anak
  2. Berikanlah pelukan kasih sayang sesering mungkin kepada anak
  3. Jadilah teman bermain bagi anak
  4. Siapkan makanan kesukaannya, jangan lupa untuk memperhatikan nutrisinya
  5. Saat anak berbuat salah atau gagal, berikanlah senyum penerimaan dan temani anak untuk mencoba dan memperbaikinya lagi
  6. Sesekali ajaklah anak dan anggota keluarga lain untuk berlibur bersama, seperti bermain ke pantai, ke kebun binatang, atau ke taman bermain.

5 Bahasa Cinta (Gary Chapman)

  • Sentuhan fisik (posisi duduk yang berdekatan, memeluk, mencium, menggandeng, memijat, mengelus kepala, mengajak tos)
  • Ucapkan kata-kata mendukung (mengatakan “aku sayang kamu”, bangga, pujian, menghibur, menulis surat cinta, menggunakan panggilan kesayangan)
  • Berikan hadiah spesial (saat ulang tahun, hadiah prestasi, hadiah kejutan)
  • Waktu bersama (menemani tidur, bekerja bersama, membacakan cerita/dongeng)
  • Pelayanan (mengantar ke sekolah, menemani mengerjakan PR, merawat ketika sakit)

Hak Dasar Seorang Anak yang Harus Mereka Peroleh?

Setiap anak di dunia ini mempunyai hak-hak dasar yang dilindungi dan harusnya terpenuhi. Pada prinsipnya hak-hak itu adalah :

  1. Anak tidak boleh didiskriminasi /dibedakan berdasarkan keadaannya, contohnya ‘’Ih, kamu kok nggak bisa diam kayak anak yang lain sih!’’
  2. Anak berhak mendapatkan yang terbaik, contohnya mendapatkan perhatian cukup, mendapatkan makanan yang bernutrisi.
  3. Anak memiliki hak untuk hidup, bertumbuh, dan berkembang, misalnya anak didukung untuk bermain bola jika anak memang punya hobi bermain bola
  4. Anak memiliki hak untuk dihargai, contohnya saat anak telah merapikan mainannya sendiri orang tua memberikan pujian “Wah kamu hebat!’”

 

Membangun Rasa Percaya Diri pada Anak

  • Bantu anak untuk menuliskan kelebihan dan kekurangan dirinya.
  • Jika anak berhasil melakukan kebaikan, berilah pujian tulus atas kemampuannya tersebut, seperti ucapan “Terima kasih ya, Sayang”
  • Memuji anak ketika ia berhasil melakukan sesuatu seperti:
    • Membawa gelas minuman untuk tamu
    • Naik dan turun tangga dengan baik
    • Membuat pekerjaan rumah dengan benar
    • Membereskan mainan sendiri
    • Berhasil tidak mengompol
    • Menaruh piring dan gelas bekas makan di tempat cuci piring, dan lain-lain
    • Ucapkan “Wah, kamu hebat ya sudah bisa melakukannya dengan baik.”
    • Membuat buku Prestasi Hidup
      • Isilah buku tersebut dengan keberhasilan dan hal-hal baik yang dilakukan anak setiap hari atau setiap minggu seperti makan sendiri tanpa dibantu, mandi sendiri tanpa dibantu, tidak mengompol, dan lain-lain
    • Mendukung anak menjadi tangguh dalam menghadapi kesulitan
    • Jadilah teladan ketabahan bagi anak
    • Ceritakan kisah hidup orang tabah, misalnya seorang yang lahir tanpa kemampuan mendengar (tuli) bisa menjadi dosen sebuah universitas ternama karena semangatnya
    • Biarkan anak mencoba menyelesaikan masalahnya sendiri, misalnya saat anak lupa menaruh di mana mainannya biarkan ia menemukannya dengan caranya sendiri
    • Berikan anak tugas atau tanggung jawab di rumah, misalnya merapikan mainan sendiri, membereskan tempat tidur
    • Dukung anak untuk menyelesaikan masalahnya dengan mengatakan “Ayo, kamu pasti bisa!”

Mengenalkan Rasa Syukur pada Anak

Rasa syukur membuat anak tidak mudah mengeluh dalam menjalani hidupnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk mengenalkan rasa syukur pada anak:

  • Jadilah teladan syukur bagi anak. Tunjukkan rasa syukur untuk hal-hal sederhana, misalnya syukur untuk napas yang masih Tuhan beri, syukur untuk persediaan air yang dimiliki, syukur untuk sepasang baju yang masih dimiliki dan masih banyak hal sederhana lainnya.
  • Biasakan budaya berterima kasih bersama anak. Selalu mengucapkan terima kasih setiap kali anak melakukan sesuatu hal yang baik, dan mintalah anak untuk mengucapkan terima kasih setiap kali anak menerima bantuan.
  • Buatlah daftar syukur dalam hidup bersama anak. Menyebutkan 5 hal yang bisa disyukuri pada hari itu sebelum istirahat tidur malam.

Membangun Kemandirian pada Anak

  • Biarkan anak bermain
    • Anak-anak belajar banyak hal ketika mereka bermain. Biarkan sesekali anak berlama-lama mandi hanya untuk mengamati gelembung air yang jatuh dari kran, atau menuangkan sabun dan shampo ke ember-ember air untuk melihat manakah yang menghasilkan gelembung paling besar. Bermain di luar ruangan dan bermain peran (kucing dan tikus, atau maling dan polisi) juga akan membantu anak untuk mencoba sesuatu yang berbeda
  • Terbukalah pada pertanyaan anak
    • Saat anak bertanya, “Darimana keluarnya adik bayi?” jawablah bahwa bayi keluar dari tubuh seorang perempuan dan pancinglah anak dengan pertanyaan pancingan baru “Kalau telur ayam darimana ya keluarnya?
  • Jangan hentikan pertanyaan anak
    • Anak mempunyai banyak pertanyaan di kepalanya. Anak akan sering menyampaikan banyak pertanyaan secara berturut-turut misalnya, ‘’Kenapa buang sampah sembarangan itu tidak boleh?’’ Sebelum pertanyaan dijawab anak akan mengajukan pertanyaan yang baru ‘’Tapi kenapa temanku kemarin buang bungkus permen di selokan?’’ ‘’Kenapa ibu temanku itu membiarkan?’’
  • Terimalah cara pandang anak yang berbeda
    • Dukung anak Anda untuk memandang segala persoalan dari cara pandang yang berbeda. Saat ia bercerita tentang seorang teman sekelas yang nakal dan dijauhi kawan-kawannya, Anda bisa mengatakan “Oh mungkin ia ingin main sama-sama, tapi nggak tahu gimana caranya supaya teman-teman mau main sama dia.”
  • Mencari sumber lain
    • Saat anak bertanya tentang arti suatu kata dalam bahasa daerah atau bahasa Inggris yang sering ditemuinya, katakan, “Coba kita tanya pada Kakak. Mungkin Kakak tahu jawabannya.” Atau jika Anda punya koneksi internet di rumah, Anda bisa bilang,”Hmmm … Apa ya? Coba Adek cari di Google Translate.”
  • Mengenalkan hubungan sebab akibat
    • Waktu anak bertanya tentang mengapa kita tidak boleh membuang sampah sembarangan, Anda dapat menjawabnya dengan, “Gimana rasanya kalo Adek uang bungkus permen di tempat tidur Adek, trus Adek tidur di situ. Enak nggak rasanya?”

 

Membantu Anak Menetapkan Cita-cita

  • Anak menyukai dan mencintai sesuatu sehingga menjadikannya sebagai cita-cita (mengenali minat anak)
  • Anak mahir melakukan sesuatu sehingga memilih hal tersebut sebagai cita-citanya (mengenali bakat anak)
  • Cita-cita tersebut dibutuhkan oleh lingkungan sekitarnya
  • Anak dibayar untuk melakukan cita-citanya (profesi anak di masa depan)

 

Berbicara dengan Anak Anda mengenai HIV

Memberikan informasi anak Anda tentang HIV akan menjadi sebuah proses. Apa yang Anda katakan akan tergantung pada usia anak, tingkat pemahaman, dan kesiapan mereka untuk mengetahui tentang HIV. Sangat penting untuk berpikir tentang bagaimana dan kapan Anda akan memberikan informasi anak Anda tentang baik mereka sendiri dan/atau infeksi HIV Anda. Sangat penting bahwa Anda menggunakan bahasa yang mudah untuk dimengerti oleh anak. Cobalah untuk jujur dan konsisten. Menyembunyikan kebenaran bisa membuat Anda mengalami masalah di kemudian hari.

Diskusikan dengan tim pemberi layanan kesehatan termasuk dokter, perawat dan psikolog jika Anda mengalami kesulitan untuk membicarakan mengenai HIV dengan anak Anda. Orang tua atau pengasuh lain dari anak dengan HIV juga dapat membantu Anda dengan berbagi pengalaman mereka dengan Anda. Anda perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi reaksi yang mungkin terjadi dan dukungan yang mungkin
Anda butuhkan.

 

Menyediakan Informasi Seiring dengan Perkembangan Anak

Kita semua ingin mendukung anak untuk tumbuh bahagia dan sehat sampai dewasa. Pengasuh dipercayakan untuk melakukan pekerjaan yang sangat penting dalam pengungkapan HIV ke anak. Proses ini dapat menjadi pengalaman
positif atau negatif dan dapat memastikan apakah anak dengan HIV hidup secara positif atau tidak. Anak memiliki hak untuk mengetahui status kesehatan sehingga mereka dapat memperoleh dan mengelola pengobatan, tetapi proses ini harus dilakukan secara memadai.

Ada banyak alasan mengapa lebih baik bagi anak untuk mengetahui bahwa dirinya HIV positif dibandingkan menyembunyikan mengenai HIV dengan anak:

  • Memungkinkan anak memainkan peran aktif dalam perawatannya
  • Meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatannya
  • Mendukung penyesuaian emosional dan kemampuan untuk mengatasinya
  • Menghargai anak
  • Menguatkan kepercayaan dan hubungan antara anak dan pengasuh
  • Membantu menghindari kekhawatiran dan kecemasan yang terpendam
  • Memungkinkan anak mencari dukungan kebutuhan yang mungkin akan dibutuhkan
  • Memungkinkan anak menyatakan kesedihan dan ketakutannya, dan mengajukan pertanyaan
  • Memungkinkan anak memiliki pengetahuan dan informasi tentang HIV yang benar dan pada akhirnya memiliki kepercayaan diri untuk mengatasi permasalahannya
  • Mengetahui yang sebenarnya akan memberdayakan anak dalam membuat pilihan hidup
  • Mengungkapkan yang sebenarnya bisa melegakan, dan mungkin tidak seburuk dengan kekhawatiran yang terpendam
  • Dapat membantu anak untuk menyikapi dampak buruk yang akan terjadi nanti
  • Dapat membantu anak menghindari kinerja sekolah yang buruk
  • Menghormati hak anak (anak memiliki hak untuk tahu)

Pada usia yang masih sangat muda, dimana anak tidak mengerti mengenai HIV, menjelaskan dengan menggunakan kata “HIV” akan menyebabkan kebingungan. Anda dapat membantu menjelaskan dengan kalimat:

  • Kita mengunjungi dokter hari ini karena adik memiliki penyakit yang terkadang membuat adik merasa tidak enak badan
  • Dokter dan perawat ingin bertemu dan melihat keadaan adik
  • Obat yang adik gunakan akan membantu adik untuk merasa lebih baik/tetap sehat
  • Setelah anak mulai menginjak usia remaja dan menjelang usia dewasa, Anda harus memberikan informasi lebih lanjut. Misalnya, Anda mungkin ingin mengatakan sesuatu seperti:
    • Alasan adik harus pergi ke klinik karena ada sesuatu dalam darah adik
    • Tes darah yang dilakukan akan melihat apa yang ada di dalam darah adik dan apa yang harus dilakukan untuk membuat adik tetap sehat
    • Obat yang digunakan akan membuat tubuh adik bekerja sebagaimana mestinya dan mencegah adik menjadi sakit
    • Obat-obatan adik bekerja sangat baik, menjaga virus dalam darah adik tidur sehingga adik tidak sakit
    • Saya juga minum obat saya juga, dan virus saya tertidur juga dan kita berdua sehat

Kebanyakan anak siap untuk memiliki percakapan terbuka mengenai HIV saat mereka berada di sekolah dasar. Umumnya, mereka harus tahu bahwa mereka memiliki HIV pada saat mereka pergi ke sekolah menengah. Informasi yang Anda berikan pada saat mereka memasuki sekolah menengah harus menyebutkan HIV sebagai “HIV”. Pikirkan tentang apa yang Anda butuhkan untuk memberitahu anak Anda. Mereka tidak perlu mengetahui banyak detail tentang HIV atau tahu semua tentang langsung penyakit. Memberikan informasi terlalu banyak hanya dapat mempersulit mereka dan membuat mereka bingung dan khawatir.

Berbicara dengan anak Anda mungkin sulit atau bahkan menyakitkan bagi Anda. Tapi hal tersebut dapat membantu anak Anda untuk merasa terlibat dan memberikan mereka rasa memiliki kontrol atas pengobatan dan perawatan mereka. Hal ini juga dapat membantu membangun rasa percaya diri dan membantu mengurangi rasa takut dan kecemasan. Cobalah untuk memberikan waktu yang rutin untuk bercakap-cakap dengan anak Anda, karena pertanyaan anak atau masalah anak-anak cenderung berubah dari waktu ke waktu.

Bersiaplah untuk menjawab pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin ditanyakan meliputi:

  • Bagaimana saya bisa mendapatkan infeksi ini?
  • Berapa lama saya akan hidup?
  • Apakah aku akan mati?
  • Apa yang akan terjadi padaku?
  • Apakah Anda juga memiliki HIV ?
  • Bagaimana kau bisa terinfeksi HIV?
  • Dapatkah saya dapat menularkan orang lain?
  • Dapatkah saya memberitahu teman-teman saya mengenai hal in?
  • Akankah HIV pernah pergi?

 

Anda mungkin dapat memikirkan banyak pertanyaan lain yang mungkin ditanyakan oleh anak Anda. Pertanyaan akan bervariasi tergantung pada berapa usia anak Anda dan berapa banyak mereka pahami, dan apakah ada anggota keluarga yang telah meninggal karena HIV. Beberapa pertanyaan ini mungkin aneh, sulit atau memalukan, tetapi jika Anda berpikir tentang pertanyaan ini, Anda bisa merasa lebih siap jika pertanyaan ini benar-benar ditanyakan. Kadang-kadang orang tua merasa sangat sulit untuk mulai berbicara secara terbuka tentang HIV kepada anak mereka. Tim di layanan kesehatan anak Anda dapat membantu Anda dengan melakukan hal ini untuk pertama kalinya, dan  mendukung Anda dan anak Anda sebagaimana pengetahuan anak Anda tentang HIV berkembang.

Banyak orang tua takut bahwa anak-anak mereka kemudian akan memberitahu orang lain bahwa mereka memiliki HIV. Pada kenyataannya, anak-anak jarang melakukan hal ini, ketika mereka didukung oleh keluarga dan para pemberi layanan kesehatan mereka untuk mengeksplorasi mengapa informasi tertentu bersifat pribadi dan siapa yang perlu tahu. Orang tua mungkin takut bahwa anak mereka akan marah bahwa mereka telah “diberikan” HIV. Reaksi ini jarang terjadi dan dalam jangka panjang, Anda dapat membantu anak Anda mengelola dampak emosional dari HIV melalui percakapan yang terbuka dan mendukung sehingga akan membantu mengurangi perasaan marah.

Sebagian besar anak-anak dan orang tua benar-benar menjadi lebih dekat, dan merasa lebih kuat terhubung ketika mencoba untuk saling mendukung satu sama lain. Anda mungkin tergoda untuk menunda memberitahu anak Anda tentang HIV. Anak biasanya mulai sangat paham tentang keadaan kesehatan mereka ketika memasuki sekolah menengah, namun percakapan terbuka harus dimulai sejak usia yang lebih muda. Ketika anak menjadi lebih dewasa mereka akan lebih merasa marah jika informasi penting mengenai tubuh dan kesehatan mereka tidak diinformasikan kepada mereka, dan hal ini tidak membantu hubungan dengan orang tua.

Jadi Perlu untuk Diingat

  • Banyak anak dengan HIV memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah dengan sangat baik, termasuk ketika mengetahui bahwa ia terinfeksi
  • Jelaskan secara perlahan-lahan. Berikan informasi secara singkat dan jelas
  • Dorong mereka untuk mengajukan pertanyaan. Jika Anda memberi mereka selebaran atau brosur untuk dibaca, berikan waktu untuk bertanya apa yang mereka pikirkan tentang informasi tersebut dan apakah mereka mengerti informasi yang mereka baca
  • Anak-anak harus mengetahui bahwa Anda selalu bersedia untuk mendukung mereka—ini akan membantu mereka merasa bahwa HIV adalah sesuatu yang dapat dibicarakan dengan Anda
  • Bicarakan dengan staf di klinik/RS anak Anda atau kelompok dukungan sebaya untuk mengetahui apakah ada seseorang yang dapat Anda hubungi jika mereka perlu untuk mengajukan pertanyaan atau jika mereka ingin berbicara dengan seseorang di luar keluarga

Kesimpulan

  • Jika Anda seorang perempuan yang hidup dengan HIV, sangat penting bahwa anak-anak Anda dites untuk HIV
  • Perjalanan infeksi HIV pada anak-anak berbeda dengan yang terlihat pada orang dewasa. Kesehatan anak Anda harus dipantau secara teratur
  • Pengobatan untuk HIV sangat efektif, dan anak-anak dengan HIV yang mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan dapat berharap untuk hidup yang panjang, sehat.
  • Menggunakan pengobatan secara patuh sangat penting dan klinik dapat menyarankan cara untuk membantu pengasuh dalam hal ini
  • Anak-anak dengan HIV perlu diberi informasi tentang penyakit mereka sesuai dengan usia dan perkembangan mereka
  • Keputusan untuk memberitahu orang lain bahwa anak Anda memiliki HIV adalah keputusan Anda tetapi lebih baik untuk berhati-hati tentang hal ini sebelum membuat keputusan ini. Demikian juga ketika anak Anda bertambah dewasa, mereka dapat memutuskan siapa yang tahu dan bagaimana mereka memberi tahu orang-orang, tetapi mereka mungkin membutuhkan dukungan Anda untuk merencanakan hal ini.
  • Ada banyak dukungan yang tersedia untuk membantu Anda dan anak Anda hidup dengan baik dengan HIV.

Disadur dari:

Yayasan Spiritia. 2016. Pahami dan Dukunglah Kami (Panduan untuk Pengasuh). Seri Buku Kecil.

 

Read Full Post »

John Dewey: berpikir kritis merupakan proses berpikir yang reflektif

Berpikir kritis merupakan pertimbangan yang aktif, persisten (terus menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesumpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya (Dewey, 1909, hlm. 9).

Langkah-langkah berpikir kritis (Glaser, 1941, hlm. 6):

1. Mengenal masalah

2. Menemukan cara-cara yang dipakai untuk menangani masalah-masalah itu

3. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan

4. Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan

5. Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas

6. Menganalisis data

7. Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan

8. Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah

9. Menarik kesimpulan dan kesamaan yang diperlukan

10. Menguji kesamaan dan kesimpulan yang diambil

11. Menyusun kembali pola-pola keyakinan berdasarkan pengalaman yang lebih luas

12. Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari

Keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam berpikir kritis:

a) Mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasan- alasan dan kesimpulan-kesimpulan.

b) Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi

c) Mengklarifikasi dan menginterpretasi pernyataan-pernyataan dan gagasan-gagasan (grafik, bagan, teks, pidato, tindakan, bahasa tubuh, dan lain-lain)

d) Menilai akseptibilitas, khususnya kredibilitas klaim-klaim

e) Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya

f) Menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan penjelasan-penjelasan

g) Menganalisis, mengevaluasi, dan membuat keputusan-keputusan

h) Menarik inferensi-inferensi

i) Menghasilkan argumen-argumen

Penarikan kesimpulan atas argumen-argumen:

<alasan 1> dan <alasan 2> dan <alasan …> sehingga <kesimpulan>

<alasan 1> sehingga <kesimpulan 1> oleh karena itu <kesimpulan 2>

Akseptibilitas alasan:

Akseptibilitas juga meliputi kredibilitas, yaitu sejauh mana kita dapat mempercayai suatu sumber. Melalui berpikir secara kritis, kita akan dapat menilai kredibilitas sumber dengan terampil.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menilai kualitas sumber adalah sebagai berikut:

I) Pribadi/sumber yang kredibilitasnya ingin kita nilai

II) Keadaan atau konteks ketika klaim itu dibuat yang mempengaruhi kredibilitasnya

III) Pembenaran yang diberikan oleh sumber untuk mendukung klaim

IV) Sifat dan dasar klaim

V) Adanya bukti-bukti yang menguatkan dari sumber-sumber lain

Mengevaluasi inferensi:

1. Evaluasi inferensi dapat dilandaskan pada kesahihan deduktif dan alasan lain. Inferensi sendiri berarti perpindahan yang kita buat dari alasan hingga kesimpulan. Klaim pertama akan membenarkan klaim kedua. Dari klaim kedua tersebut, kita dapat menarik sebuah kesimpulan melalui silogisme.

Semua A adalah B

C adalah bagian dari A

Kesimpulan: C adalah B

2. Asumsi dan argumen-argumen lain yang relevan juga merupakan kriteria evaluasi inferensi.

Membuat keputusan:

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat keputusan adalah opsi, konsekuensi, nilai dan risiko.

Disadur dari:

Fisher, Alec. 2008. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar dlm. Gugi Sagara. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Read Full Post »

Label organik: tumbuh dan dibesarkan tanpa pupuk kimia, pembunuh hama (pestisida), pembunuh rumput liar, atau obat-obatan.

Klasifikasinya sebagai berikut:

  1. Menggunakan hanya pembunuh hama alami seperti minyak tumbuhan, sabun, bakteri pemakan jamur, dan serangga karnivora
  2. Menggunakan pupuk alami seperti pupuk kandang dan pupuk kompos
  3. Pakan hewan berasal dari makanan yang juga organik
  4. Hewan tidak diberi antibiotik atau hormon pertumbuhan
  5. Tanaman tidak diberi radiasi, sinar X, dan lain-lain; untuk membunuh hama mengubah cara tanaman tumbuh, atau menghasilkan dengan lebih cepat

Label “Organic”

Jangan berasumsi bahwa makanan berlabel “alami”, “bebas hormon”, “free range”, atau yang lainnya berarti organik.

 

USDA (United States Department of Agriculture) memiliki berbagai macam kategori untuk makanan organik:

  • 100% organik: “organic 100%
  • 95% – 100% dari bahan organik: segel “organic” akan ditampilkan. Zat non-pertanian yang digunakan di sini haruslah yang telah disetujui penggunaannya. Dalam artian, zat tersebut tidak begitu banyak terkandung dalam makanan dan minim risiko. Seringkali, hal ini juga menyangkut tanah yang digunakan. Jika ingin menjadi “100% organik”, tanah pertanian yang digunakan pun harus bebas dari bahan kimia; minimal sejak 10 tahun yang lalu.
  • 70% dari bahan organik: “made with organic ingredients
  • < 70% dari bahan organik: tidak bisa mendapatkan sertifikat

 

Mengapa makanan organik mahal?

  1. Pertanian organik jauh lebih kecil dari pada pertanian non-organik
  2. Dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja untuk pertumbuhan tanaman dan memelihara hewan, tanpa bantuan pupuk kimia, pertisida, dan obat-obatan
  3. Peternakan organik harus memberikan pakan organik pada ternak-ternaknya. Hasil pertanian organik yang mahal tentu akan berimbas pada peternakan organik juga
  4. Pertanian konvensional/non-organik sering mendapatkan bantuan subsidi dari pemerintah. Jumlah pertanian organik terlalu kecil untuk mendapatkan subsidi. Lagipula, pertanian juga harus memenuhi kebutuhan penduduk dengan cepat. Jika kita hanya bertumpu pada pertanian organik saja, maka dikhawatirkan kebutuhan makanan masyarakat tidak dapat terpenuhi

 

Bagaimana cara untuk menghemat biaya?

Makanan organik sebaiknya dibeli di pasar lokal

 

Alasan memilih makanan organik:

  • Khawatir tentang lingkungan: pestisida dapat mencemari tanah, air, maupun udara. Hal ini juga terbukti dapat mengganggu perkembangbiakan dan kelangsungan hidup hewan (contoh: burung-burung liar)
  •  Menghindari bahan kimia, terutama pestisida, dalam makanan mereka. Dalam daur energi, kadar pestisida akan semakin bertambah setipa kenaikan tingkat trofik rantai makanan. Anggap saja pada tanaman hanya mengandung 5% pestisida. Tanaman itu kemudian dikonsumsi oleh hewan herbivor. Pestisida dalam biomassa hewan itu tentu bertambah. Hewan tidak mungkin hanya memakan satu batang tanaman saja, bukan? Nah, akumulasi pestisida ini juga akan bertambah dalam biomassa hewan karnivor. Yang menjadi tempat akumulasi terakhir, bisa jadi manusia. Bayangkan, berapa kadar pestisida dalam tubuh manusia?

 

Lalu, apakah makanan organik lebih aman?

Tentu saja. Makanan organik tidak mengandung bahan-bahan kimia yang membahayakan kesehatan. Dampak dari bahan kimia dalam tubuh memang berlangsung dalam jangka panjang. Oleh karena itu, tidak dapat langsung terlihat. Perstisida dan bahan kimia lainnya kadangkala menyebabkan kanker.

 

Apakah lebih bergizi?

Tidak ada cukup bukti tentang ini. Menurut Soil Association Certification, Ltd. (Inggris), makanan organik lebih banyak mengandung antioksidan, vitamin, dan mineral. Akan tetapi menurut USDA, sebenarnya organik dan non-organik tidak perlu dipermasalahkan. Lebih baik mengkonsumsi sayur dan buah non-organik daripada tidak mengkonsumsi. Mereka lebih mengedepankan mengubah gaya hidup yang buruk; seperti pola makan yang serba instant dan sedentary life. Organik dan non-organik hanya sebatas soal pemasaran dan sertifikat.

 

Apakah lebih baik untuk anak-anak?

Terbaik untuk anak-anak yang sensitif terhadap pestisida dan sedang tumbuh. Masa pertumbuhan membutuhkan asupan nutrisi yang cukup tinggi. Masa itu pasti sangat menentukan perkembangan mereka ke depan.

 

Tentang perbedaan rasa, lebih bersifat subjektif. Sebenarnya, makanan non-organik pun bisa terasa segar bila dibeli dari pasar lokal.

Tentang lingkungan, makanan organik lebih tidak mencemari lingkungan seperti yang telah dijelaskan di atas.

 

Bagaimana solusinya jika kita tidak bisa membeli bahan makanan organik?

  • Beli versi organik dari makanan yang paling sering dikomsumsi atau yang biasanya terpapar pestisida dengan kadar tinggi (seledri, peach, strawberry, apel, blueberry, nectarines, bell peppers, bayam, ceri, collard hijau, kentang, dan anggur impor)
  • Cuci buah dan sayuran mentah di bawah air mengalir. Bila memungkinkan, kupas kulitnya. Konsumsi buah apel sesungguhnya lebih baik apabila bersama dengan kulitnya.

 

Tanaman transgenik, apakah selalu organik?

Tanaman transgenik ada yang organik dan ada yang tidak. Jika tanaman transgenik itu memerlukan proses kimia, penyinaran misalnya, tanaman itu sudah tidak dapat dikategorikan sebagai makanan organik.

 

Sumber:

www.emedicinehealth.com

www.nytimes.com

 

 

 

Read Full Post »

Obesitas merupakan penyakit multifaktoral, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan.

 

Etiologi obesitas:

  1. Genetik: 40% dari anak-anak yang kegemukan, salah satu orangtuanya kegemukan (faktor ibu lebih dominan). 80% anak akan obesitas jika kedua orangtuanya juga obesitas. Hanya 9% anak obesitas jika kedua orangtuanya tidak obesitas.
  2. Lingkungan: kebiasaan sosial, budaya, dan ekonomi.
  3. Gaya Hidup: gaya hidup santai (sedentary life) meningkatkan risiko obesitas karena kurang aktivitas.
  4. Psikologi: orang yang mengalami gangguan emosional seringkali mencari pelarian pada makanan.

Obat-obatan juga ada yang meningkatkan risiko obesitas seperti litium dan antidepresan trisiklik.

 

Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai penggantinya dipakai indeks massa tubuh/body mass index (BMI). BMI yang dibentuk oleh WHO tidak bisa secara tepat mengukur tingkat obesitas masyarakat Asia-Pasifik karena perbedaan fisik. Karakteristik orang Kaukasia tentu berbeda dengan orang Mongoloid. Oleh karena itu, ada klasifikasi WHO Asia-Pasifik.

Berat badan kurang: BMI < 18,5

Kisaran normal: 18,5 – 22,9

Berat badan lebih: >= 23

Berisiko: 23-24,9

Obes I : 25-29,9

Obes II: >=30

 

Cara mengukur BMI:

Berat badan (kg) / tinggi badan kuadrat (m kuadrat)

Contoh: tinggi anak 150 cm, berat badan 54

54 kg /(1,5 x 1,5) m = 24

Untuk anak-anak, hal ini termasuk obesitas. Hal ini dapat ditunjukkan melalui grafik persentil pertumbuhan berikut.

 

 

Namun, BMI ini tidak dapat digunakan untuk mengukur proporsionalitas pada atlet dan wanita hamil.

 

Obesitas memiliki dua tipe:

  1. Obesitas sentral/android: sering terjadi pada laki-laki. Penumpukan lemak terjadi di batang tubuh seperti perut (terutama) dan dada. Hal ini berbahaya bagi organ vital tubuh. Jaringan adiposa tempat berkumpulnya lemak ini akan mengeluarkan sekret sitokin yang merupakan zat pro-inflamasi. Bentuk tubuh pria dengan obesitas ginoid terlihat seperti buah apel.
  2. Obesitas ginoid: sering terjadi pada perempuan. Penumpukan lemak terjadi di pantat dan paha. Bentuk tubuh wanita dengan obesitas ginoid terlihat seperti buah pir.

 

Pada usia sekitar 30-49 tahun, obesitas banyak terjadi pada wanita. Akan tetapi pada usia 50 tahun ke atas, obesitas lebih banyak terjadi pada pria.

Risiko Obesitas:

Diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular (misal: jantung koroner, ateroklerosis, arteriosklerosis, hipertensi, dislipidemia), osteoartritis/radang sendi, psikososial, keterbatasan aktivitas, gangguan reproduksi.

 

Prediktor dan Karakteristik Anak untuk Menjadi Obese

Prediktor:

  1. BBL: berat bayi lahir
  2. Antropometik pada usia 12, 50, dan 80 bulan
  3. Kecepatan tumbuh pada tahun pertama

Karakteristik:

Anak terlihat sangat gemuk, umumnya lebih tinggi daripada anak seusianya, sering terlihat memiliki dagu yang berganda, perut menggantung ke bawah, alat kelamin anak laki-laki terlihat kecil karena tertutup  jaringan lemak panggul/pubis, dada anak perempuan terlihat mengembang.

 

Penatalaksanaan Obesitas

Cara mengatasi obesitas tidak dapat dilakukan dengan instant maupun drastis. Semuanya harus melalui tahapan-tahapan. Untuk penurunan berat badan yang aman, maksimal 4 kg per bulan.

Pola makan yang baik: diet rendah kalori (500-1000 kkal/hari)

Yang perlu diingat adalah 3J (jumlah, jadwal, dan jenis):

  1. Jumlah: konsumsi lemak harus diatur sejak usia 2 tahun. Saturated fat = 7%-10%; Total fat = 25%-30% dari total kalori; Cholesterol = kurang dari 300 mg/hari.
  2. Jadwal: disiplin dalam hal waktu makan, tidak boleh makan terlambat, jangan melewatkan jam makan, kebutuhan kalori per hari harus dibagi (20% makan pagi, 30% makan siang, 25% makan malam). Makan malam yang baik harus dibawah jam 7 malam. Jika kita kembali merasa lapar setelah makan malam, mungkin waktu tidur kita terlalu larut. Untuk camilan, yang terbaik adalah buah-buahan berair (apel, jeruk, pir, dan lain-lain).
  3. Jenis: pilihlah bahan makanan yang rendah kalori. Diet tidak berarti tidak makan. Diet yang benar adalah dengan mengganti bahan makanan kita dengan yang lebih mencukupi kebutuhan dan kualitas nutrisi. Bukan dengan tidak makan. Untuk sumber lemak: minyak kelapa, zaitun, canola, kacang-kacangan, alpukat. Untuk protein: putih telur, susu, ikan, ayam, kacang kedelai. Protein adalah zat yang paling mengenyangkan. Karbohidrat low glicemic index: apel, jeruk, pir, kacang, kentang rebus.

 

Glicemic index mengukur kadar gula darah setelah makan.

 

Tingkat aktivitas yang baik:

  1. Aktivitas dan kebiasaan sehari-hari. Contoh: membersihkan rumah, naik turun tangga, pekerjaan rumah tangga, dan sebagainya.
  2. Aerobik dan aktivitas rekreasi.
  3. Latihan kelenturan dan kekuatan.
  4. Inaktivitas. Contoh: hidup santai.

Pola diet harus diimbangi dengan aktivitas. Kebiasaan sehari-hari adalah cara yang aman dan dibutuhkan dalam pengaturan pola makan.

 

Sumber:

Hutapea, Albert M. 1994. Menuju Gaya Hidup Sehat. Jakarta: Gramedia.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing.

 

 

 

 

Read Full Post »

Kualitas hidup

Jonsen, 2006:

Kualitas hidup adalah bagaimana seseorang  menilai pengalaman/kenyataan hidupnya secara keseluruhan atau sebagian sebagai baik atau buruk; termasuk dalam segi fungsi fisik, interaksi sosial, dan keadaan mental.

Epilepsi

Epilepsi dapat timbul karena terjadinya pelepasan aktivitas energi yang berlebihan dan mendadak dalam otak sehingga menyebabkan terganggunya kerja otak.

Ditinjau dari penyebabnya, epilepsi dapat dibagi menjadi 2 bagian:

  1. Epilepsi primer/idiopatik: tidak diketahui penyebabnya
  2. Epilepsi sekunder/simptomatik: penyebabnya diketahui
Penyebab spesifik dari epilepsi yang diketahui adalah sebagai berikut:
  1. Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu. Mungkin ibu menggunakan obat-obatan tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami infeksi, minum alkohol, cedera, maupun penyinaran
  2. Kelainan yang terjadi saat kelahiran seperti kurangnya oksigen yang mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan (forsep), atau trauma lain pada otak bayi
  3. Cedera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak
  4. Tumor otak adalah penyebab infeksi yang tidak umum
  5. Penyumbatan atau kelainan pembuluh darah otak
  6. Radang atau infeksi seperti meningitis (radang selaput otak)
  7. Penyakit keturunan seperti fenilketonuria, sklerosis tuberosa, dan neurofibromatosis
  8. Kecenderungan timbulnya epilepsi yang diturunkan (kecil kemungkinannya)
Faktor Pencetus dan Ambang Rangsang Serangan:
  • Kurang tidur: mengganggu aktivitas dari sel-sel otak
  • Stres emosional: stres dapat meningkatkan frekuensi serangan
  • Infeksi: biasanya disertai dengan demam. Demam inilah yang mencetuskan perubahan kimiawi otak, sehingga mengaktifkan sel-sel epileptik yang menimbulkan serangan. Hal ini sering terjadi pada anak-anak
  • Obat tertentu: antidepresan trisiklik, obat tidur/sedatif, atau fenotiasin. Menghentikan obat penenang seperti berbiturat dan valium dapat mencetuskan kejang
  • Alkohol
  • Perubahan hormonal
  • Terlalu lelah atau stres fisik: menyebabkan hiperventilasi. Akibatnya, kadar CO2 bertambah dan terjadi penciutan pembuluh darah otak
  • Fotosensitif: ada penderita epilepsi yang fotosensitif pada kilatan sinar pada kisaran antara 10-15 Hz
Penanggulangan Epilepsi
Penanggulangan tidak hanya dengan pemberian obat-obatan, tetapi juga memperhatikan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek tersebut ialah: psikososial, keluarga, pekerjaan, pendidikan, dan sebagainya.
Tujuan penanggulangan epilepsi adalah membantu para penderita agar dapat hidup bahagia dan dapat mengembangkan diri dalam masyarakat. Dokter harus memberi penjelasan mengenai penyakit penderita, misalnya mengenai dasar dan sebabnya, harapan untuk menjadi baik, perlunya minum obat secara teratur untuk jangka panjang, cara hidup penderita dan sikap keluarga terhadap penderita. Dokter juga perlu memberi nasihat tentang pendidikan dan pekerjaan penderita.
Selain dokter, unsur penting dalam membina kehidupan penderita epilepsi adalah keluarga penderita, lingkungan sekolah dan para guru, lingkungan perkerjaan, dan sebagainya. Bantuan keluarga kepada dokter untuk diagnosis dan cara penanggulangannya sangat diperlukan. Apabila ada dugaan epilepsi, maka pemeriksaan lengkap harus dilakukan, termasuk pemeriksaan neurologik, darah, foto rontgen, dan elektroensefalografi.
Obat yang tepat  dalam dosis cukup tinggi untuk mencegah serangan tanpa menimbulkan gejala sampingan harus diminum secara teratur dan dalam waktu lama. Biasanya beberapa tahun dan kadang seumur hidup. Secara berkala harus dilakukan pemeriksaan darah untuk  mengetahui apakah terdapat kelainan akibat konsumsi obat anti-epilepsi.
Kesulitan dalam penanganan penderita epilepsi
a. Pendekatan dokter
Dokter tidak hanya memberi obat saja, tetapi juga harus memperhatikan aspek-aspek non-medis seperti psikologik dan sosial, serta menjadi penasihat bagi penderita dan keluarganya.
Amatlah penting untuk suksesnya pengobatan, bahwa dokter mampu membangkitkan rasa percaya pasien padanya. Kepribadian dan keterampilan dokter akan sangat membantu dalam hal ini. Dokter harus terus terang pada pasien dan keluarganya terutama mengenai penyakitnya, cara dan lama pengobatan, dan prognosis. Janganlah memberi harapan yang semu atau terlampau antusias, sehingga pasien terpengaruh dan mempunyai rasa percaya diri yang berlebihan.  Sebaliknya, dokter hendaknya juga tidak memberi gambaran yang pesimistik.  Perlu ditekankan bahwa pengobatan epilepsi memakan waktu yang cukup panjang serta mungkin dapat menimbulkan efek samping.  Ketaatan pasien untuk meminum obat sangat menentukan kesembuhan. Berhenti minum obat secara tiba-tiba akan menyebabkan status konvulsivus yang dapat menyebabkan kematian, jika tidak segera ditanggulangi dengan tepat.
b. Faktor pasien
Kegagalan pengobatan sering disebabkan karena pasien tidak taat minum obat secara teratur, merasa penyakitnya tak kunjung sembuh, sehingga bosan minum obat atau pergi ke dokter lain.
Prognosis
Prognosis epilepsi bergantung pada beberapa hal, di antaranya jenis epilepsi, faktor penyebab, saat pengobatan dimulai, dan ketaatan minum obat. Pada umumnya prognosis epilepsi cukup menggembirakan. Pada 50-70% penderita epilepsi, serangan dapat dicegah dengan obat-obatan. Sekitar 50% suatu waktu akan berhenti minum obat. Serangan epilepsi primer (kejang umum, melamun/absence) mempunyai prognosis terbaik. Sebaliknya, epilepsi yang serangan pertamanya mulai pada usia 3 tahun atau disertai kelainan neurologik dan/atau retardasi mental mempunyai prognosis relatif jelek.
Bagian terbesar penderita epilepsi dapat bekerja sesuai dengan bakat, pendidikan, dan keterampilannya. Dalam menentukan apakah seorang penderita epilepsi dapat melakukan suatu pekerjaan, pada banyak kasus keadaan mental si penderita merupakan kriteria yang lebih penting daripada ada atau tidak adanya serangan. Namun perlu diperhatikan, seorang penderita epilepsi hendaknya tidak melakukan jenis pekerjaan yang dapat membahayakan dirinya atau orang lain jika terjadi suatu serangan. Misalnya, pengemudi kendaraan bermotor, pekerjaan dengan alat-alat besar, pekerjaan pada bangunan bertingkat, dan lain-lain.
Situasi epilepsi di Indonesia
Di negara-negara berkembang, jumlah dokter spesialis masih kecil. Sebagian besar penyandang epilepsi diharapkan dapat ditanggulangi oleh dokter umum.
Sumber: Buku Ajar Neurologi Klinis dalam Harsono (Ed.), 1996, Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Read Full Post »

PENGERTIAN AIR SUSU IBU

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya.

Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku di mana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 4 (empat) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat.

ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.

FISIOLOGI LAKTASI

Produksi ASI (Prolaktin)

Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.

  •  Refleks prolaktin
  • Refleks aliran (let down reflek)

Refleks Prolaktin

Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.

Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.

Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.

Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu

Refleks Aliran (Let Down Reflek)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.

Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.

Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi

  1.  Refleks menangkap (rooting refleks)
  2. Refleks menghisap
  3. Refleks menelan

Refleks Menangkap (Rooting Refleks)

Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.

Refleks Menghisap (Sucking Refleks)

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.

Refleks Menelan (Swallowing Refleks)

Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

KEBAIKAN ASI

ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:

  • ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
  • ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Di dalam usus laktosa akan difermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk:
  1. Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
  2. Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
  3. Memudahkan terjadinya pengendapan kalsium-kasein.
  4. Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral, seperti kalsium, magnesium.
  5. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
  6. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.
  7. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

A. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak.

  • Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi.
  • Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah.
  • Merupakan cairan kental ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Matur.
  • Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
  • Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Matur, tetapi berlainan dengan ASI Matur di mana protein yang utama adalah kasein. Pada kolostrum, protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
  • Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Matur yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
  • Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Matur.
  • Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Matur yaitu 58 kalori/100 ml kolostrum.
  • Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
  • Bila dipanaskan menggumpal, ASI Matur tidak.
  • PH lebih alkalis dibandingkan ASI Matur.
  • Lemaknya lebih banyak mengandung kolesterol dan lecitin di bandingkan ASI Matur.
  • Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna, yang akan menambah kadar antibodi pada bayi.
  • Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.

B. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

  1. Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI Matur.
  2. Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Matur baru akan terjadi pada minggu ke-3 sampai ke-5.
  3. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi.
  4. Volume semakin meningkat.

C. Air Susu Matur

  1. ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke-3 sampai ke-5 ASI komposisinya baru konstan.
  2. Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat bahwa ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
  3. ASI merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untuk bayi.
  4. Merupakan cairan putih kekuning-kuningan karena mengandung kasein, riboflaum dan karotin.
  5. Tidak menggumpal bila dipanaskan.
  6. Volume: 300 – 850 ml/24 jam
  7. Terdapat antimicrobaterial factor, yaitu:
  8. Antibodi terhadap bakteri dan virus.
  9. Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)
  10. Enzim (lysozime, lactoperoxidese)
  11. Protein (laktoferin, B12)
  12. Faktor resisten terhadap staphylococcus.
  13. Complecement ( C3 dan C4)

Komposisi ASI

Kandungan kolostrum berbeda dengan air susu yang matur. Kolostrum lebih banyak mengandung imunoglobin A (Iga), laktoferin dan sel-sel darah putih yang sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi terhadap serangan penyakit dan infeksi. Kolostrum lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak mengandung vitamin dan mineral-mineral seperti natrium (Na) dan seng (Zn).

Susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi.

Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase laktasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer.

Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi.

Di dalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Asam laktat tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain.

ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi, tetapi lebih mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan pertama kehidupan bayi. ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan chlor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi.

Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI.

Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.

Upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pada masa Kehamilan (antenatal)

  1. Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.
  2. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.
  3. Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.

Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.

Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.

b. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)

  1. Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melekatkan bayi pada payudara ibu.
  2. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
  3. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan.

c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)

  1. Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 4 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.
  2. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.
  3. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
  4. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan menyusui.
  5. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menyusui.
  6. Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain.
  7. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI antara lain:

1. Perubahan sosial budaya

  • Ibu-ibu bekerja

Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui.

Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol. Persepsi masyarakatkan gaya hidup mewah membawa dampak menurutnya kesediaan menyusui. Bahkan adanya pandangan bagi kalangan terentu bahwa susu botol sangat cocok buat bayi dan terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu mau meniru orang lain, atau tanya untuk prestise.

Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya. Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya.

2. Faktor psikologis

Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita. Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak penampilan. Padahal setiap ibu yang mempunyai bayi selalu mengubah payudara, walaupun menyusui atau tidak menyusui.

Tekanan batin. Ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui bayi sehingga dapat mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama menyusui bayinya, bahkan mengurangi menyusui.

3. Faktor fisik ibu

Alasan yang cukup sering bagi ibu untuk menyusui adalah karena ibu sakit, baik sebentar maupun lama. Sebenarnya, jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan berhenti menyusui. Jauh lebih berbahaya untuk mulai memberi bayi makanan buatan daripada membiarkan bayi menyusu dari ibunya yang sakit.

Selain itu dapat juga disebabkan oleh defisiensi prolaktin. Penyebabnya antara lain: tumor, pengobatan tumor, penyakit/infeksi, dan cedera kepala.

4. Faktor kurangnya petugas kesehatan

Masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI. Penyuluhan kepada masyarakat mengenai manfaat dan cara pemanfaatannya.

5. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai Pengganti ASI

Pengganti ASI adalah segala jenis makanan yang mewakili atau menggantikan total ASI yang dipasarkan; termasuk susu atau susu bubuk untuk anak berusia di bawah 2 tahun, serta makanan pendamping, jus, dan teh yang dipasarkan untuk anak berusia di bawah 6 bulan.

Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan distribusi susu buatan menimbulkan tumbuhnya keengganan menyusui dan lamanya baik di desa dan perkotaan. Distribusi, iklan dan promosi susu buatan berlangsung terus dan bahkan meningkat. Tidak hanya di televisi, radio dan surat kabar; melainkan juga di tempat-tempat praktek swasta dan klinik-klinik kesehatan masyarakat di Indonesia.

Keburukan pemberian makanan buatan:

  1. Pencemaran karena botol tidak higienis
  2. Infeksi. Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibodi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi (lebih sering diare dan infeksi saluran pernapasan)
  3. Tidak ekonomis
  4. Kekurangan vitamin
  5. Kekurangan zat besi. Zat besi dari susu sapi tidak dapat diserap secara sempurna seperti zat besi dari ASI. Hal ini meningkatkan risiko terserang anemia
  6. Terlalu banyak garam
  7. Terlalu banyak kalsium dan fosfat yang dapat menyebabkan tetani (kedutan dan kejang-kejang)
  8. Lemak yang tidak cocok. Asam lemak jenuh, tidak mengandung asam lemak esensial, asam linoleat, dan kolesterol yang cukup bagi pertumbuhan otak
  9. Protein yang tidak cocok. Terlalu banyak kasein. Campuran asam amino yang tidak cocok dan sulit dikeluarkan oleh ginjal bayi yang belum sempurna
  10. Tidak mengandung amino esensial sistin dan taurin yang cukup bagi perkembangan otak bayi
  11. Tidak bisa dicerna dengan sempurna karena tidak ada enzim lipase
  12. Lebih mudah terserang alergi karena pemberian susu sapi yang terlalu dini, seperti asma dan eksim
  13. Ancaman kegemukan apabila diberikan secara berlebihan
  14. Kecerdasan dan psikologis yang tidak optimal

6. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng.

Penyediaan susu bubuk di Puskesmas disertai pandangan untuk meningkatkan gizi bayi, seringkali menyebabkan salah arah dan meningkatkan pemberian susu botol.

Promosi ASI yang efektif haruslah dimulai pada profesi kedokteran, meliputi pendidikan di sekolah-sekolah kedokteran yang menekankan pentingnya ASI dan nilai ASI pada umur 2 tahun atau lebih.

7. Faktor pengelolaan laktasi di ruang bersalin

Untuk menunjang keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui segera atau sedini

mungkin setelah lahir. Namun tidak semua persalinan berjalan normal dan tidak semua dapat dilaksanakan menyusui dini.

Ada beberapa persalinan yang terpaksa tidak dapat berjalan lancar dan terpaksa dilakukan dengan tindakan persalinan misalnya seksio sesaria. Dengan mengingat hal diatas, pengelolaan laktasi dapat dikelompokkan 2 cara, yaitu persalinan normal dan persalinan dengan tindakan.

a. Persalinan normal

Pada persalinan normal, ibu dan bayi dalam keadaan sehat. Oleh karena itu, dapat segera dilaksanakan menyusui dini. Hal tersebut perlu oleh karena menyusui dini mempunyai beberapa manfaat baik terhadap ibu maupun terhadap bayi. Kalau bisa bayi disusukan ke kedua puting ibu secara bergantian. Setelah jalan napasnya dibersihkan, usahakan menyusui sedini mungkin dan tidak melebihi waktu lewat ½ jam sesudah lahir.

b. Persalinan dengan tindakan

Dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian masalah :

1. Persalinan dengan tindakan narkosa misalnya seksio sesaria menyusui dini perlu ditunda sampai pasien sadar, karena ASI pada ibu dan tindakan ini mempunyai efek terhadap bayi. Misalnya bayi menjadi mengantuk sehingga malas menyusu. Sebaiknya sesudah ibu sadar ditanyakan dahulu untuk menyusui bayinya pada saat tersebut.

2. Persalinan dengan tindakan tanpa narkosa. Persalinan dengan tindakan tanpa narkosa yang kemungkinan mempunyai pengaruh pada bayi. Dalam hal ini bayi tidak dapat menyusui secara aktif. Oleh karena itu, ASI diberi secara aktif pasif yaitu dengan pipet/sendok. Walaupun demikian, bila keadaan bayi memungkinkan untuk diangkat menyusui dini dapat dilakukan seperti biasa. Pendapat daripada ahli-ahli kesehatan dan kebiasaan rumah-rumah sakit mempunyai dampak terhadap pendapat para ibu tentang alternatif pemberian susu kepada bayi. Terutama bagi ibu-ibu yang melahirkan perlu sekali diberi penyuluhan tentang cara-cara pemberian ASI yang menjamin kelancaran produksi ASI sejak bayi lahir.

8. Faktor lain

Ada beberapa bagian keadaan yang tidak memungkinkan ibu untuk menyusui bayinya walaupun produksinya cukup, seperti :

a. Berhubungan dengan kesehatan seperti adanya penyakit yang diderita sehingga dilarang oleh dokter untuk menyusui, yang dianggap baik untuk kepentingan ibu (seperti : gagal jantung, Hb rendah)

b. Masih seringnya dijumpai di rumah sakit (rumah sakit bersalin) pada hari pertama kelahiran oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya, walaupun sebagian besar daripada ibu-ibu yang melahirkan di kamar mereka sendiri, hampir setengah dari bayi mereka diberi susu buatan atau larutan glukosa.

Di kota-kota besar di dunia ditemukan adanya kecenderungan menurunnya angka ibu menyusui anaknya yang dikalahkan dengan kecenderungan memberikan susu botol. Sebagian besar disebabkan oleh gaya hidup mewah. Banyak di antara penduduk kota menikmati standar hidup setingkat dengan keluarga masyarakat yang hidup mewah di negara barat, misal pengusaha, pedagang, pejabat, petugas dan para pemimpin politik. Para dokter dan petugas kesehatan yang memelihara gaya hidup ini bersemangat untuk menganjurkan dan menggalakkan praktik-praktik yang dianggap maju dan modern.

Sumber:

www.library.usu.ac.id

www.medscape.com

www.lusa.web.id

Read Full Post »

Definisi sehat menurut WHO: suatu keadaan secara jasmani, rohani, dan sosial yang merupakan aspek positif dan tidak hanya bebas dari penyakit serta kecacatan yang merupakan aspek negatif.

Olahraga teratur seperti berjalan, bersepeda, atau menari tidak hanya dapat membuat Anda merasa baik, tetapi juga memiliki manfaat signifikan bagi kesehatan. Olahraga mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, dan beberapa jenis kanker. Olahraga juga membantu mengontrol berat badan dan memberikan kontribusi untuk kesehatan mental.

Gaya hidup yang aktif memberikan keuntungan kesehatan dalam berbagai usia, tetapi terutama bagi anak-anak dan orang muda; juga dapat memberikan perbedaan besar bagi kesehatan orang tua. Di lain pihak, ketidakaktifan fisik menjadi salah satu faktor risiko terkemuka untuk kesehatan. Hal tersebut memberi kontribusi atas satu juta kematian per tahun di wilayah WHO Eropa.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan:

  1. Makan makanan bergizi berdasarkan berbagai makanan, terutama yang berasal dari tanaman, bukan hewan
  2. Makan roti, biji-bijian, pasta, nasi atau kentang beberapa kali sehari
  3. Makan berbagai sayuran dan buah-buahan (segar dan lokal) minimal 400 gr per hari
  4. Mencermati berat badan antara batas yang direkomendasikan (BMI 18,5 – 25). BMI = berat badan (kg) / kuadrat tinggi badan (m kuadrat)
  5. Kontrok lemak agar tak lebih dari 30% energi harian. Ganti dengan minyak nabati tak jenuh atau margarin lembut
  6. Ganti lemak daging dan produk daging dengan kacang, kacang polong, ikan, atau unggas
  7. Gunakan susu dan produknya yang rendah lemak dan garam
  8. Pilih makanan rendah gula
  9. Diet rendah garam
  10. Kurangi alkohol
  11. Jaga makanan agar tetap higienis dan aman (kurangi gorengan)
  12. Promosikan ASI eksklusif sampai 4 bulan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan antara lain: 53% gaya hidup (rokok, minuman keras, konsumsi obat-obatan kimia), 16% genetik, 21% lingkungan, dan 10% kepedulian terhadap kesehatan.

Gaya hidup meliputi: pola makan, waktu tidur, aktivitas fisik, latihan fisik, stres psikologis, merokok, alkohol, dan obat-obatan. Stres psikologis meningkatkan kemungkinan kanker dan penyakit jantung.

Program olahraga yang baik perlu dilaksanakan sebagai salah satu gaya hidup sehat. Konsep-konsep yang perlu dipikirkan sebelum memulai sebuah program latihan: jenis olahraga/kegiatan (misalnya: berjalan, berenang, bersepeda), beban kerja spesifik (kecepatan berjalan), durasi dan frekuensi kegiatan atau sesi latihan, intensitas pedoman sasaran denyut jantung (Target Heart Rate), dan kewaspadaan tentang kasus ortopedi tertentu. 

Sesi latihan meliputi:

a. Pemanasan: bekisar antara 5-10 menit. Pemanasan yang bagus seharusnya sudah bisa mengeluarkan keringat

b. Latihan inti: minimal 20 menit

c. Pendinginan: bekisar antara 5-10 menit

Sebelum melakukan latihan fisik, ada baiknya jika kita memeriksakan kondisi kesehatan kita. Mungkin ada penyakit-penyakit tertentu yang membuat kita terpaksa tidak boleh mengikuti latihan fisik. Kita tidak boleh melakukan latihan fisik bila dalam keadaan demam, tekanan darah yang tidak normal, kencing manis, ataupun memiliki kelainan pada katup jantung. Untuk kondisi-kondisi khusus seperti ini, perlu bimbingan fisioterapi.

Sebelum melakukan latihan fisik, kita harus melaksanakan pemeriksaan awal: PAR-Q (Physical Activity Readiness Questionnaire), tekanan darah, EKG, profil lipid darah, inform concern, dan tes latihan fisik. Denyut nadi yang normal setelah latihan fisik adalah 70-80% x 220 – umur (20-60 menit)

Latihan fisik berbeda dari aktivitas fisik. Latihan fisik merupakan sekumpulan aktivitas fisik, direncanakan, terstruktur dan repetitif (minimal tiga kali seminggu). Latihan ini ditujukan untuk meningkatkan kebugaran tubuh. Sedangkan aktivitas merupakan pergerakan tubuh dan tidak terdapat batas waktu di dalamnya. Contohnya adalah pekerjaan rumah sehari-hari.

Macam-macam latihan fisik:

  1. Aerobik: adanya pergerakan otot yang terus menerus, tanpa jeda. Contoh: senam, pingpong, taichi, dan lain-lain. Latihan fisik yang bersifat aerobik dapat meningkatkan hormon GH. Latihan beban dapat meningkatkan produksi testosteron. Latihan beban berbeda dengan angkat beban.
  2. Non-aerobik: ada pergerakan otot, tetapi ada jeda. Contoh: tenis, angkat besi, sepakbola, dan lain-lain.
  3. Peregangan.

Latihan fisik yang dilakukan dengan benar juga dapat meningkatkan kualitas telomer. Latihan fisik terbaik adalah yang bersifat aerobik. Latihan fisik aerobik akan merangsang jantung dan paru-paru dalam waktu yang cukup lama. Hal ini juga dapat mengakibatkan hipertrofi otot rangka dan jantung serta meningkatkan kapasitas paru, daya tahan otot, dan kapasitas aerobik. Latihan fisik yang baik untuk dilakukan adalah yang berkapasitas sedang, membutuhkan 150 kkal/hari atau 1000 kkal/minggu.

Jika kita rajin berolahraga, kita akan mendapatkan kebugaran tubuh. Kebugaran, dalam hal ini jasmani, adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya di luar kerja sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Setelah seseorang melakukan suatu kegiatan/aktivitas, masih mempunyai cukup semangat dan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan lainnya yang mendadak.

Komponen-komponen kebugaran tubuh:

  1. Health Related Fitness (memperbaiki keseluruhan kesehatan individu): ketahanan kardiorespiratori/VO2 max (banyak oksigen maksimal yang dapat digunakan oleh tubuh) dalam satuan ml/kg/menit, komposisi tubuh (lemak tubuh), muskuloskeletal (kekuatan, ketahanan, fleksibilitas dan kecepatan).
  2. Skill Related Fitness (untuk prestasi atlet): kekuatan, kecepatan, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, dan waktu reaksi.

Konsep-konsep kebugaran:

  1. Kekuatan otot–seberapa besar kekuatan otot yang dapat Anda hasilkan? 
  2. Ketahanan otot–berapa kali otot Anda berkontraksi saat diberikan beban?
  3. Fleksibititas atau kelenturan
  4. Ketahanan jantung dan pernapasan (kardiorespiratori)

Kebugaran dapat diukur melalui sit-up, kelenturan, lari, bersepeda, berenang, jogging, dan berjalan.

Resting

Excellent HR (detak jantung) lebih kecil sama dengan 59 bpm (detak per menit)

Good HR 60-69

Average HR 70-79

Fair HR 80-89

Poor HR lebih besar sama dengan 90

Adult Activity Levels Based On Total Number of Steps Taken

Sedentary Lifestyle < 5000

Low Active 5000-7499

Somewhat Active 7500-9999

Active 10000-12499

Highly Active > 12500

Manfaat latihan fisik yang teratur:

 Jantung

tingkat penurunan istirahat jantung
mengurangi denyut jantung untuk sesi latihan standar
meningkatkan pemulihan denyut jantung setelah latihan standar
peningkatan volume darah yang dipompa per denyut jantung
meningkatkan ukuran otot jantung
peningkatan suplai darah ke otot jantung
meningkatkan kekuatan kontraksi jantung

Pembuluh darah dan kimia darah

mengurangi sistolik istirahat dan tekanan darah diastolik arteri
mengurangi serum lipid atau lemak
peningkatan suplai darah ke otot
peningkatan volume darah
lebih efisien pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam otot

 Paru-paru

kapasitas fungsional meningkat selama latihan
peningkatan suplai darah
meningkatkan difusi gas pernapasan
mengurangi volume nonfungsional paru-paru

Saraf, endokrin, dan fungsi metabolisme

peningkatan toleransi glukosa
mengurangi regangan dan ketegangan saraf akibat stres psikologis
peningkatan fungsi enzimatik dalam sel otot
mengurangi lemak tubuh
peningkatan massa otot
kapasitas fungsional meningkat selama latihan, kapasitas penyerapan oksigen

Latihan fisik yang berlebihan akan menyebabkan kelelahan otot. Kelelahan otot terjadi karena adanya penimbunan asam laktat. ATP yang menjadi energi bagi kontraksi otot tidak dapat dihasilkan karena sel-sel otot kekurangan oksigen (suplai darah berkurang). Pegal-pegal disebabkan karena ada sobekan mikroskopis pada sel otot.

Sumber:

www.who.org

Levy, Marvin R dan Dignan, Mark. 1984. Life and Health. New York: Random House.

Read Full Post »

Masalah kesehatan dunia (global health issues) merupakan gangguan fisik, mental, maupun kesejahteraan sosial yang meliputi seluruh dunia. Masalah ini erat kaitannya dengan informasi kesehatan, jenis-jenis penyakit, serta teknologi kedokteran.

Salah satu isu global yang paling mengerikan adalah HIV/AIDS. HIV merupakan singkatan dari human immunodeficiency virus. HIV merupakan retrovirus (genus Lentivirus) yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4  sel limfosit T dan makrofag– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.

Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.

AIDS adalah singkatan dari acquired immunodeficiency syndrome dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditetapkan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.

Faktor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan global antara lain: pola hidup, status ekonomi, lingkungan sosial, sistem komunikasi dan informasi, serta psikologis atau kejiwaan.

Penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui hubungan seksual dengan penderita, jarum suntik/transfusi darah, kontak cairan tubuh (serebrospinal, sinovial, amnion, saliva, dan mungkin keringat), penularan perinatal (dalam kandungan ibu), serta melalui ASI. Hubungan seksual memberikan kemungkinan tertular sebesar 90%. Penularan perinatal hanya berisiko 30%. Penyakit ini baru akan menampakkan gejala-gejala AIDS setelah 10-15 tahun pada orang-orang dengan gaya hidup sehat.

Gejala penyakit HIV timbul sebagai penyakit biasa seperti demam, sakit kepala, keringat pada malam hari. Kadangkala, penyandang HIV juga kehilangan memori jangka pendek (menjadi pelupa). Berat badannya pun turun. Gejala lanjutan HIV dapat berupa infeksi oportunistik. Pasien HIV bisa saja mengalami gangguan percernaan akut karena penyerapan nutrisi yang tidak berjalan dengan semestinya. Komplikasi lain yang sering terjadi adalah munculnya tumor, TBC, hepatitis, serta infeksi-infeksi lain yang disebabkan oleh kuman dan jamur.

Sejarah menyebutkan bahwa virus HIV-1 dan HIV-2 ditengarai pertama kali muncul di Amerika Serikat (1981) pada pria homoseksual. Risiko pada pasangan homoseksual besarnya hampir sama dengan pasangan heteroseksual. Penularan pada homoseksual terjadi melalui mukosa anal. Namun demikian, HIV-1 kemungkinan berasal dari spesies persilangan virus pada simpanse di Afrika Tengah. Penelitian ilmuwan difokuskan pada virus HIV-1 yang cenderung lebih agresif. Di dunia saat ini, kasus HIV paling sering terjadi di Afrika dan Amerika Tengah.

Pencegahan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan cara:

  1. Lintas program pemerintah untuk memutuskan rantai HIV;
  2. Makan makanan bergizi; 
  3. Menjaga kesterilan jarum suntik. Sampah-sampah medis berupa jarum dan sarung tangan karet sudah seharusnya dimusnahkan dengan cara dibakar;
  4.  Tidak melakukan hubungan seksual selain dengan istri/suami yang sah, jangan berganti-ganti pasangan;
  5. Penggunaan kondom. Hal ini tidak dapat sepenuhnya menjamin keamanan dan kesehatan;
  6. Penyuluhan pada para pekerja seks komersial dan kelompok-kelompok yang berisiko tinggi seperti para pengguna narkoba, pasangan homoseksual, dan tenaga medis;
  7.  Pasien HIV tidak boleh menjadi donor darah/organ;
  8.  Ibu dengan HIV sepatutnya tidak hamil demi menghindarkan keturunan dari penyakit yang dideritanya;
  9. Pentingnya pencatatan dan pelaporan pasien HIV/AIDS dengan baik;
  10. Promosi kesehatan sebagai pelajaran sekolah;
  11. Peran orangtua sebagai benteng keluarga.

Solusi atas penyakit HIV dapat dilakukan secara preventif maupun kuratif (pencegahan dan pengobatan).

Preventif:

Pemerataan kesejahteraan, penyuluhan dan pemberian informasi pada kelompok berisiko tinggi, serta meningkatkan kemampuan medis.

Kuratif:

Kombinasi obat antiretroviral. Terapi obat ini harus dilaksanakan pada jam-jam yang sama dan teratur. Ketidakteraturan terapi obat akan membuat virus menjadi resisten. Antiretroviral hanya menekan replikasi virus dan bukan membunuhnya. Sebenarnya, penyakit ini masih belum ditemukan obatnya.

HIV berbeda dengan AIDS. HIV adalah suatu fase antibodi (+), saat masuknya virus. AIDS adalah sekumpulan gejala yang ditimbulkan oleh infeksi tersebut. Di sini seseorang yang dianggap telah sakit/menderita. Pada saat berubah menjadi AIDS, gejala-gejala yang ditimbulkan virus pun menghilang (asimptomatik). Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling lanjut.

Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 5-10 tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut:

  • Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apa pun dan tidak dikategorikan sebagai AIDS.
  • Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak kunjung sembuh)
  • Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru), atau
  • Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi). Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS.

Bagaimana cara tenaga medis menyampaikan tentang HIV pada ODHA?

Tenaga medis dan dokter harus membangun komunikasi yang baik berdasarkan bioetika.

Bioetika adalah suatu disiplin baru yang menggabungkan pengetahuan biologi dengan pengetahuan mengenai sistem nilai manusia, yang menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dan kemanusiaan, membantu menyelamatkan kemanusiaan dan membantu mempertahankan serta memperbaiki nilai beradab (Van Potter, 1970).

Kaidah-kaidah dasar bioetika:

1. Beneficience: sikap/perbuatan baik

  • Berbuat baik
  • Mengutamakan altruisme (perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri)
  • Memandang pasien tidak hanya sejauh menguntungkan dokter

2. Non maleficience: tidak merugikan

  • Tidak boleh melakukan perbuatan jahat yang membuat pasien menderita
  • Jangan menyakiti secara fisik maupun mental
  • Resiko minimal di pihak dokter dan pasien

3. Justice: memberi perlakuan sama terhadp pasien

  • Kesamaan perawatan sesuai kebutuhan pasien
  • Persamaan beban sesuai kemampuan pasien
  • Memberikan hak pasien yang semestinya dan dapat diterima

4. Autonomy: otonomi kehendak/moral

  • Pasien memiliki kebebasan bertindak, memutuskan, dan menentukan yang terbaik bagi dirinya
  • Tanpa paksaan, hambatan, atau campur tangan pihak luar
  • Komunikasi yang simetris dalam kemitraan antara dokter dan pasien

Proses komunikasi:

  • Melakukan pendekatan pribadi pada pasien, sehingga dokter dapat mengenali kekuatan mentalnya. Dokter dapat memilih komunikasi langsung atau tidak langsung. Keluarga dan orang-orang dekat pasien memiliki peranan penting dalam hal ini.
  • Memberitahukan diagnosis dengan tutur kata yang empatik dan tidak menyakiti perasaan pasien
  • Menghilangkan pikiran negatif
  • Menghilangkan ketergantungan akan alkohol, narkotika, dan stres
  • Memberi dukungan semangat dan motivasi untuk terus hidup

Di Indonesia, virus HIV pertama kali dibawa masuk oleh seorang wisatawan Belanda yang berlibur ke Pulau Bali pada tahun 1987. Berdasarkan data, percepatan penyebaran virus HIV di Indonesia menempati peringkat ke-3. Memang penderitanya tidak sebanyak di Amerika Serikat dan negara Barat lainnya, tempat berkembangnya seks bebas. Namun, penularan di Indonesia ternyata masih cukup tinggi. Budaya Indonesia yang tertutup tampaknya turut berpartisipasi dalam penyebaran virus. Orang-orang cenderung menutupi kenyataan tentang penyakit HIV atau juga tidak mengerti. Lagipula, HIV masih sering dianggap tabu. Padahal itu bukan cara memandang yang benar.

Banyak penyandang HIV/AIDS di Indonesia yang merasa kurang mendapatkan perhatian dan pemerimaan. Hal ini membuat mereka ingin orang lain mengalami penderitaan yang sama. Banyak penyakit HIV ditularkan secara sengaja oleh penderita. Kita harus merangkul dan menerima mereka; bukan mengucilkannya. Mereka membutuhkan kasih sayang dan kepedulian kita. Bayangkan jika Anda sendiri adalah penderita HIV/AIDS. Mungkin Anda akan bertanya: mengapa harus saya?

Sumber: www.medscape.com, www.who.int

Oleh: Josephine Widya

Read Full Post »

Yah, ini medical diaries buatanku yang kedua. Lama kelamaan lelah juga kalau harus menggunakan bahasa yang terlalu formal. Di sini, aku akan mencoba lebih santai. Namun, tentu tetap dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Minggu kedua aku bersekolah di Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha:

Aku belajar tentang sekularisme dan pembuahan buatan. Aku suka sih menuliskan tentang ilmu-ilmu yang kudapat. Itu supaya aku tidak lupa saja. Lagipula, aku ini senang berbagi.

Baiklah, kita mulai saja.

Sekularisme adalah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi harus dipisahkan dari agama dan kepercayaan. Di sini sekularisme mencoba mengurangi dan memisahkan peran agama dalam kehidupan duniawi. Penganut paham ini ingin agar politik, hukum, dan pendidikan dipisahkan dari hal-hal berbau keagamaan. Sekularisme sebenarnya menunjang kebebasan beragama. Bukan karena mereka baik hati pada agama-agama itu, tetapi karena tidak peduli. Amerika Serikat termasuk negara sekular. Kebanyakan negara Eropa juga begitu. Bahkan, Indonesia juga termasuk negara sekular. Tunggu, jangan marah dahulu. Nanti aku akan menjelaskannya pada kalian.

Ada juga sebutan masyarakat sekular bagi orang-orang yang mendukung paham ini.

Sekularisme ini tidak melulu jelek. Ada sisi positifnya juga. Dengan adanya sekularisme, ilmu pengetahuan manusia menjadi semakin berkembang. Kontradiksinya, sekularisme akan menyalahi kemanusiaan.

Sekularisme agaknya bertentangan dengan etika dan moral dalam beberapa hal. Etika dan moral memiliki tugas dan wewenang untuk memanusiakan manusia, memperadab manusia.

Sekarang, marilah kita sejenak memerhatikan perkataan Bernard Show (filsuf):

“Profesi sesungguhnya mempunyai etika yang non-ideologis.”

Dia memaksudkan bahwa tiap profesi memiliki nilai-nilai lain yang terselubung. Dalam hal ini nilai ekonomi, bisnis, dan sosial. Bernard Show menganggap bahwa profesi merupakan sebuah persekongkolan melawan kaum awam karena menginginkan status dan kekayaan. Dokter di sini juga disudutkan. Banyak orang semakin tak percaya. Tak jarang juga masyarakat awam yang memaki dokter sebagai ‘Iblis’. Butuh segudang kebijaksanaan untuk menyikapi ini semua.

Lalu, apakah hubungannya dengan pembuahan buatan?

Sekularisme mendukung pembuahan buatan. Kalau tidak ada sekularisme, tentu takkan ada ilmuwan yang mencoba mengembangkan sebuah kehamilan di luar cara-cara alamiah. Sekularisme sendiri terbentuk karena adanya kemajuan berpikir manusia. Diawali dengan Zaman Renaisans dan Revolusi Prancis di Eropa.

Berikut ini sedikit pembahasan tentang Pembuahan Buatan

Pembuahan buatan dilakukan karena adanya infertilitas. Infertilitas adalah suatu ketidaksuburan pada sistem reproduksi manusia. Faktor-faktor yang memengaruhi, antara lain: usia, infeksi genital, oklusi (penyumbatan tuba fallopi), psikologis, gaya hidup (rokok, minuman keras), aktivitas, dan waktu pembuahan yang tidak tepat dengan waktu ovulasi.

Bagaimanakah epidemiologi infertilitas?

Epidemiologi maksudnya persebarannya, kasusnya di masyarakat. Contohnya seperti ini:

30-35% dari pihak suami

60-65% dari pihak istri

50% faktor tuba fallopi

15-20% faktor uterus

8% faktor psikologis

10% faktor yang tidak diketahui penyebabnya

Nah, tetapi ini hanyalah contoh. Epidemiologi itu pasti akan berubah untuk setiap tahunnya. Hanya saja, infertilitas memang cenderung meningkat. Oleh karena itu, pembuahan buatan sering dipilih untuk menjadi solusi terbaik.

Macam-macam pembuahan buatan yang lazim dilakukan: bayi tabung, pembekuan sperma dan ovum (cryopreservation), sel tunas (stem cells), dan kloning (masih dalam tahap penelitian).

Penatalaksanaan/penanganan infertilitas biasanya dilakukan dengan penyuntikan hormon. Pada wanita FSH/LH. Pada pria gonadotropin. Ada juga operasi untuk memerbaiki tuba fallopi (repair tuba).

Kalau cara-cara diatas tidak berhasil, maka biasanya pasangan infertil akan mencoba bayi tabung. Bayi tabung merupakan sebuah proses pembuahan ovum oleh sperma di luar tubuh. Embrio yang dihasilkan akan dikembangkan di laboratorium. Dari sekian embrio yang dijadikan percobaan, hanya boleh menumbuhkan maksimal 3 buah di dalam rahim. Pemilihan gender jelas tidak boleh dilakukan, apalagi membunuh embrio. Keberhasilan bayi tabung sekitar 30%. Mungkin bisa ditingkatkan bila ilmu pengetahuan semakin berkembang. Tidak lupa juga, ada undang-undang yang mengatur tentang kehamilan di luar cara alamiah ini, yaitu UU. 36 Tahun 2009.

Dari sini kita mengtahui bahwa Indonesia adalah negara yang sekular. Pada dasarnya, agama tidak mengizinkan pembuahan buatan. Namun demikian di Indonesia masih diperbolehkan, meski harus memenuhi berbagai persyaratan. Kalau di India, bisa meminta pertolongan surrogate mother. Wanita itu yang akan mengandung bayi orang lain. India juga merupakan negara sekular.

Bagaimana pandangan secara moral, etika, dan agama? Bagaimana juga dengan pandangan kalian?

Read Full Post »

Apakah itu gender issue?

Gender issue adalah konstruksi sosial masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan. Di dalam dunia sekarang ini banyak digunakan sistem patriakhat (menurut kekuasaan ayah). Pada zaman dahulu diawali dengan sistem matriarkhat (menurut kekuasaan ibu). Gender issue ini berbeda dengan kodrat. Perbedaan kodrat hanya terjadi secara alamiah saja dan cenderung condong ke bentuk fisik. Contoh: tulang pria lebih kuat daripada tulang wanita, alat reproduksi pria terletak di luar dan wanita di dalam. Gender issue tidak menyangkut kodrat alam. Hal ini dipengaruhi agama, budaya lokal, dan kebiasaan masyarakat. Contoh: pria harus maskulin, wanita harus feminin. Selama ini, gender issue banyak memengaruhi proses medis. Contohnya, dalam penggunaan KB. Wanita lebih ditekan untuk menerima keinginan laki-laki. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat lebih permisif terhadap laki-laki. Pihak wanita hampir selalu lebih dipersalahkan.

Beberapa teori yang erat kaitannya dengan gender issue:

1. Teori nature: perbedaan peran adalah sesuatu yang kodrati. Pria mencari nafkah karena memang itulah kewajibannya. Dalam kehidupan rumah tangga memang harus ada pembagian tugas antara pria dan wanita. Pencetusnya adalah Plato dan Socrates.

2. Teori nurture: pembedaan peran pria dan wanita bukanlah hal kodrati. Pria mencari nafkah karena adanya pembedaan gender. Pembagian tugas adalah sebuah pembedaan kelas antara pria dan wanita. Pencetusnya adalah Machiavelli.

Setelah kita mengetahui teori-teori tersebut, maka ada baiknya jika kita meninjau dari berbagai sudut pandang.

1. Sudut pandang HAM: semua manusia memiliki derajat yang sama. Di sini gender issue tidak dapat dibenarkan.

2. Sudut pandang agama: pria dan wanita memang berbeda, tetapi pembedaan tidak boleh dilakukan. Pada hakikatnya, pria dan wanita sama-sama diciptakan oleh Tuhan. Pada beberapa kasus, pembedaan dapat menyebabkan feminisme ekstrim. Para feminis beranggapan bahwa Tuhan itu wanita.

3. Sudut pandang sosial budaya: pandangan berbeda-beda, tergantung budaya masing-masing.

Bagaimana solusinya?

Caranya bukan dengan menghilangkan ‘perbedaan’. Yang harus dihentikan adalah kecenderungan masyarakat untuk ‘membedakan’. Perbedaan pria dan wanita tidak untuk dipertentangkan. Diskriminasi sudah seharusnya dihapuskan. Keadilan yang ingin dicapai adalah keadilan yang setara, bukan sama.

Apakah hubungannya dengan Penyakit Menular Seksual?

Penyakit Menular Seksual tidak selamanya ditularkan oleh pihak wanita. Akan tetapi, banyak orang selalu mempersalahkan kaum wanita apabila terjadi wabah penyakit semacam itu. Jika kita kritis, maka kita tidak akan langsung berprasangka buruk. Tenaga medis harus peka terhadap gender issue ini. Perlu adanya ketekunan dan empati (dalam hal ini menyangkut tentang profesi dokter) agar wanita lebih terbuka. Dengan demikian, masalah akan lebih mudah diatasi.

Infeksi apa saja yang termasuk Penyakit Menular Seksual?

chancroid, chlamydia, gonorrhea, syphilis, herpes, hepatitis, HIV/AIDS, trichomoniasis, dan lain-lain.

Apakah Penyakit Menular Seksual dapat dicegah?

Alangkah baiknya jika tidak berganti pasangan.

Read Full Post »